watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
istri , adik ipar , dan aku

Adegan dalam video ini sungguh sangat
membuatku shock, mulutku terbuka melongo. Aku
merasa seperti orang dungu yang ditendang tepat
diselangkangan. Apa yang terpampang dalam layer
TV adalah rekaman isteriku dengan suami adik
iparku. Dan mereka tengah bersetubuh. Aku tak bias
mempercayainya! Tidak hanya kenyataan bahwa
isteriku yang menghianatiku, tapi juga dia
melakukannya dengan Bob, suami dari adiknya
sendiri!
Jenny, adik iparku berdiri di sebelahku mengamati
reaksiku akan rekaman video tersebut. Tampak jelas
dia terluka dan marah. Dia menemukan rekaman
video ini dalam laci yang tersembuni di meja kerja
suaminya hanya beberapa jam yang lalu. Adegan di
TV terus berjalan, aku berjalan menuju pantr di
ruang sebelah dan menuangkan minuman ke dalam
dua buah gelas. Jenny menerimanya tanpa sepatah
katapun. Kami berdua meneruskan melihat rekaman
video tersebut dalam diam.
Tampak jelas betapa usaha Bob dalam mengolah
bentuk tubuhnya, tapi aku merasa senang karena
betapapun hasil latihannya telah membuat otot
tubuhnya menjadi besar dan kekar tapi itu tak
membuat batang penisnya jadi lebih besar.
Setidaknya aku masih lebih hebat dibagian itu. Tentu
saja, Sherly terlihat menikmati apa yang didapatkan
dari Bob terkecuali terhadap ukuran kejantanannya,
aku cukup mengenal Sherly akan hal ini.
Isteriku mempunyai bentuk tubuh yang atletis. Dia
rutin pergi ke gym dan selalu berusaha mengajakku
ke tempat itu juga, tapi aku tak pernah punya
ketertarikan dengan hal-hal semacam itu. Saat
melihat adegan video tersebut, aku membayangkan
apa mungkin hal tersebut akan mambawa
perbedaan…
Jenny melangkah pergi untuk mengambil minuman,
kupandangi dia, Jenny berumur 10 tahun lebih
muda dari isteriku dan memiliki bentuk tubuh yang
lebih montok dibandingkan kakaknya. Payudaranya
juga lebih besar. Aku melihat perkembangan
kedewasaan tubuhnya hingga menjadi seorang
wanita muda yang cantik dalam beberapa tahun
belakangan.
Dia dan Bob menikah dua tahun yang lalu. Sherly
dan aku menikah jauh sebelumnya dan sekarang
sudah memiliki 3 orang anak. Kami akan segera
merayakan ulang tahun pernikahan kami yang ke
duapuluh.
“Kamu tahu sudah berapa lama ini terjadi?” tanyaku
begitu video tersebut berakhir. Sherly
menggelengkan kepala.
“Mungkin sudah setahun lebih!” sambungnya ketus.
Aku gelengkan kepala.
“Tidak, ini terjadi baru-baru ini. Kelakuan Sherly
berubah aneh sejak sekitar bulan lalu dan sekarang
aku baru mengerti sebabnya,” jawabku.
“Kakak kandungku sendiri!” kata Jenny dengan
geram. Aku mengangkat bahu. Aku benar-benar tak
bisa berkata apapun untuk membuat kenyataan ini
menjadi lebih baik.
“Apa yang akan kita lakukan?” tanyanya, tampak
jelas nada kemarahan dalam suaranya.
“Aku belum tahu,” ku hela nafas. Aku masih sangat
terguncang untuk dapat berpikir jernih.
“Abang belum tahu?” tanyanya tak percaya. Aku
hanya mengangkat bahu kembali.
“Kakakmu dan anak-anak sedang berakhir pekan di
rumah pantai dan kakek nenek mereka juga ikut di
sana. Aku rasa aku butuh waktu 24 jam untuk
membuat keputusan drastis.”
“Well, aku sudah tahu apa yang akan kulakukan!”
potong Jenny. Kupegang kedua bahunya dengan
tanganku untuk meredakannya.
“Bukankah Bob sedang diluar kota sekarang ini?”
“Ya,” jawabnya, tapi segera menambahkan dengan
nada marah sebelum aku mampu melanjutkan,
“Mungkin sekarang ini dia sedang meniduri wanit
lain lagi!”
“Aku rasa tidak,” jawabku sambil menggelengkan
kepala.
“Apa?”
“Dengar, aku cukup mengenal Bob dengan baik dan
dia bukan tipe lelaki yang suka main perempuan,”
kataku, meskipun sadar betapa menggelikannya
penjelasanku ini.
“Kamu pasti bercanda,” tukas Jenny. Aku hanya
mengangkat bahu.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku tak
percaya kalau Sherly dan Bob sengaja melakukan
ini.”
“Itu kan sudah terlihat jelas di video itu!” teriak Jenny.
“Apa ada kelakuan Bob yang aneh akhir-akhir ini?
Aku tahu kalau sekarang ini Sherly sedang
mengalami puber kedua. Dia baru saja memasuki
usianya yang ke tiga puluh sembilan dan perasaan
akan berumur empat puluh di tahun depan sangat
membuatnya resah.”
“Itu bukan alasan!”
“Aku tidak bilang ini suatu alas an, tapi aku rasa itu
bukan bagian dari penyebabnya,” jawabku. Jenny
menatapku dan menggelengkan kepala, tapi
kemudian dia menarik nafas dan kelihatan agak
sedikit mereda emosinya.
“Sudah satu tahun kami mencoba untuk
mendapatkan seorang bayi, tapi belum juga
beruntung. Aku tahu itu sangat mengganggu Bob,”
jelasnya sambil menggosok kedua lengannya, tapi
kemudian ketenangannya sirna dan matanya berkilat
marah, “Itu juga sangat menggangguku, tapi aku
tidak lari dan tidur dengan salah satu saudaranya!”
“Kamu benar,” jawabku, coba menenangkannya.
“Tapi aku masih merasa kalau kita butuh waktu
beberapa hari untuk berfikir sebelum membuat
keputusan besar.”
“Baiklah! Mungkin abang benar, tapi aku merasa itu
tak akan membantu,” tukasnya, Rasa sakit dan
marahnya terlalu besar untuk ditahannya.
“Besok malam kamu kembali saja kemari dan kita
bicarakan lagi,” tawarku. “Sebelum itu kita berdua
punya waktu untuk menenangkan diri.”
Jenny terlihat tidak puas, tapi dia mengangguk
setuju. Dia mengeluarkan video tersebut dari dalam
player dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata
lagi. Aku berharap dia tidak melakukan suatu
tindakan yang bodoh sampai dia merasa tenang.
Kuputuskan untuk mandi, aku merasa kotor. Aku
pergi ke kamar mandi, menyetel suhu air panas dan
melihat pantulan bayanganku di dalam cermin.
Kamar mandi ini mulai terisi uap panas saat kutatap
mataku. Ini akan jadi sebuah malam yang panjang
dan aku merasa ragu akankah berangkat kerja besok
pagi.
***
Jenny dating ke rumahku malam berikutnya. Dia
terlihat lebih kurang tidur dibandingkan aku, tapi
setidaknya dia terlihat jauh lebih tenang
dibandingkan kemarin.
“Jadi, apa keputusan abang?” tanyanya langsung
tanpa basa-basi. Aku mengangkat bahu.
“Apa ini tidak membuat abang marah?” tanyanya
gusar.
“Tentu saja ini membuatku marah, tapi aku tetap tak
bisa merubah apa yang sudah terlanjur terjadi.”
Kenyataannya adalah aku lebih merasa sakit karena
dikhianati dari pada kelakuan mereka.
“Astaga, aku benar-benar heran dengan abang? Aku
akan minta cerai pada Bob! Abang juga mestinya
menceraikan Sherly!” kata Jenny. Aku gelengkan
kepala, aku sudah punya keputusan sendiri.
“Itu tak akan terjadi. Kakakmu Sherly dan aku punya
tiga orang anak. Kami sudah berumah tangga
hamper dua puluh tahun,” kutarik nafas, lalu
melanjutkan, “Aku sangat mencintai kakakmu, dan
perbuatannya dengan Bob tak akan mampu
menghapus cinta itu begitu saja. Aku merasa sakit
dan aku akan mencari tahu kenapa dia merasa harus
mengkhianatiku, tapi aku tak akan menceraikan dia.”
Jenny menatapku tajam.
“Abang akan memaafkannya,” tanyanya tak
percaya. Aku mengangguk. Jenny menggelengkan
kepalanya, air matanya mulai keluar. Aku
merengkuhnya ke dalam pelukanku dan dia mulai
terisak. Ini berlangsung untuk beberapa saat
lamanya hingga akhirnya dia dapat mengendalikan
diri.
“Aku rasa aku tak akan bisa memaafkan Bob,”
akhirnya dia berkata.
“Jenny, apa kamu benar-benar ingin berpisah
dengan Bob?” tanyaku. Sejenak dia ragu sebelum
akhirnya menggelengkan kepala.
“Tapi aku tak bisa membiarkan begitu saja
perbuatannya,” jawabnya lirih.
“Ayo kita ambil minum dulu,” tawarku. Dia
mengangguk setuju.
Gelas yang pertama terasa hanya untuk membasahi
tenggorokan saja. Gelas yang ke dua baru terasa
pengaruhnya. Aku bilang ingin pergi ke kamar
mandi sebentar saat jenny menuangk minuman
pada gelas ketiganya. Ketika aku keluar dari kamar
mandi aku mendapati dia melihat rekaman video
tersebut lagi. Aku menghela nafas, menghampirinya
untuk mematikan TV.
“Kamu tahu kan, ini tak akan membantu,” kataku. Di
menghela nafas. Kami meminum gelas ketiga dalam
diam. Kali ini giliran Jenny yang pergi ke kamar
mandi saat aku menuang gelas yang keempat. Aku
masih belum merasa mabuk, tapi rasa sakit di hati
sedikit terasa hilang.
Jenny keluar dari kamar mandi dan berjalan ke
arahku. Segera saja aku menyadari ada sesuatu
yang berubah. Pertama, Jenny terlihat sudah
mengambil sebuah keputusan. Yang kedua, tak
mungkin rasanya kalau tak melihat kalau beberapa
kancing bajunya yang atas terbuka dan dia tak lagi
memakai bra. Aku dapat melihat jelas putting
payudaranya dari balik blouse-nya.
“Jenny, apa yang kamu lakukan?” tanyaku bingung.
“Aku akan melakukan sesuatu yang mungkin bisa
mempertahankan pernikahanku setelah
pengkhianatan Bob. Aku akan meniduri abang,”
jawabnya. Aku baru saja akan memprotesnya, tapi
dia sudah langsung melumat bibirku. Disamping itu,
kalau mau jujur, meskipun aku memutuskan untuk
memaafkan Sherly, aku juga sama terlukanya
dengan Jenny. Meniduri Jenny, benar atau salah,
mungkin saja akan menolong. Aku merasa sangsi
kalau ini akan bisa menyakiti mereka.
Dalam sekejap saja kami sudah tak berpakaian lagi
dan aku terkejut melihat buah dada Jenny bahkan
lebih besar dari yang pernah kubayangkan. Ukuran
payudara Sherly breasts sekitar B cup. Tapi
menurutku putingnya yang mesar mencuat itu
terlihat seksi pada ukuran payudaranya.
Payudara Jenny yang jauh lebih besar dibandingkan
isteriku tampak sangat menggiurkan. Mungkin
ukurannya C cup, tapi sangat pasti kalau ini adalah
ukuran full C cup. Putingnya tidak sepanjang punya
kakaknya, tapi lebih gemuk. Dia tersenyum
memergoki aku yang terpana melihat dadanya.
“Ini milikmu sepenuhnya,” kata Jenny sambil
menyangga kedua buah dadanya dengan kedua
tangannya sekaligus meremasnya menggoda.
Kuhabiskan gelas keempatku dan segera
membenamkan wajahku ke dalam dua bongkahan
daging kenyal didepanku. Tangan Jenny bergerak ke
bawah untuk meraih batang penisku.
“Wah, punya abang besar sekali!” katanya,
gairahnya terdengar besar dalam nada suaranya.
Aku bergerak turun menelusuri lekuk tubuhnya,
melewati perutnya dan mulai menyapukan lidahku
pada bibir vaginanya.
Dia segera bersandar pada dinding di dekatnya dan
memegangi kepalaku dengan kedua tangannya
sambil mendesah. Segera saja tubuh Jenny mulai
tergetar ketika aku konsentrasi pada kelentitnya.
Langsung saja dia meraih orgasme pertamanya dan
aku harus menyangga tubuhnya sebelum dia jatuh.
Lalu kugendong dia menuju ke kamar tidur.
Kurebahkan tubuhnya di atas ranjang, Jenny
menjulurkan kedua lengannya ke depan
menmintaku untuk segera naik. Aku merangkak
menaiki tubuhnya dan memberinya sebuah ciuman
yang dalam. Nafasnya tercekat saat ujung kepala
penisku menemukan jalan masuk ke dalam
vaginanya.
“Kamu yakin mau melakukan ini?” tanyaku. Dia
mengangguk.
“Kakakku, isteri abang, meniduri suamiku. Aku rasa
baru adil kalau aku menyetubuhi abang di atas
ranjangnya sendiri. Ini cara untuk membalas
kelakuan Bob dan Sherly diwaktu yang sama,” nada
amarah terdengar dalam jawabannya, tapi dia
kemudian tersenyum dan menambahkan, “Lagipula,
aku tak akan melepaskan begitu saja setelah melihat
ukuran penis abang ini.” Kemudian segera saja
lenguhan nikmat terlepas dari bibirnya saat dia
menggunakan kakinya untuk menarik tubuhku ke
arahnya.
“Aku merasa sangat penuh!”
Batang penisku hanya baru masuk 3/4nya saja ke
dalamnya. Kudorongkan lagi, tapi dia merintih
kesakitan. Aku coba hentikan, tapi dia tidak
mengijinkanku. Nafasnya tersengal terdengar antara
menahan deraan nikmat atau sakit, dan dia terus
mengguna kan pahanya untuk menarikku semakin
erat. Bahkan tangannya mencengkeram pantatku
dan menariknya dengan keras hingga seluruh
batang penisku terkubur dalam lubang anusnya.
“Oh mami!” teriakan lepas keluar dari bibirnya saat
aku berhasil membenamkan batang penisku
seluruhnya. Aku diamkan tanpa bergerak agar dia
terbiasa dengan ukuranku.
“Ayo bang! Setubuhi aku!” akhirnya dia berkata dan
memang itu yang segera akan aku lakukan. Pada
awalnya secara perlahan kukeluar masukkan, tapi
atas desakan Jenny segera saja aku menyentaknya
dengan keras dan cepat. Langsung saja orgasme
kedua diraihnya dan tanpa henti. Aku piker dia akan
pingsan saat teriakan nikmatnya terdengar keras
sekali.
“Jenny, aku hamper keluar!” teriakku. Dia
mendorong tubuhku berganti posisi hingga dia
berada diatas dan mulai menunggangi batang
penisku.
“Lakukan, bang! Isi rahimku dengan benih abang!”
ucapnya semakin membakar gairahku.
“Tapi, kita tidak pakai pelindung!” kataku ragu. Tapi
keraguanku malah semakin membuat pantulan
tubuhnya semakin keras saja dan tak ayal aku
langsung keluar jauh di dalam rahimnya.
Kusemburkan begitu spermaku ke dalam vaginanya
hingga meleleh keluar pada pahanya seiring
pompaan naik turun tubuhnya di atasku.
Kami berdua rebah tak bergerak dengan tubuhnya
yang masih menindihku untuk beberapa waktu.
Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan menatapku
dengan diam.
“Kamu tidak apa-apa?” tanyaku khawatir tapi dia
malah tertawa.
“Aku merasa sangat ehmm…! Saat ini, aku tidak tahu
apakah akan meninggalkan Bob dan tak akan bicara
dengan Sherly lagi ataukah aku mestinya berterima
kasih pada mereka. Abang sangat menakjubkan,”
katanya. Aku tertawa dan menurunkan tubuhnya
dari atasku.
“Aya mandi, aku sangat ingin bermain lagi dengan
dada montokmu ini,” Kataku sambil meremas buah
dadanya lalu menggamit tangannya. Kami bawa
serta gelas minuman yang kosong, mengisinya lagi
untuk yang terakhir kalinya sebelum bergandengan
tangan masuk ke kamar. Lansung saja kami
habiskan gelas terakhir kami setelah mengatur suhu
shower. Tawa riang tak hentinya keluar dari bibir
kami saat air hangat mulai turun membasahi kedua
tubuh berkeringat kami.
Kusabuni dada montoknya dan menghabiskan
setidaknya sekitar sepuluh menit meremasinya.
Disaat yang bersamaan dia juga menyabuni batang
penisku. Begitu penisku kembali mengeras, aku
bergerak ke belakang tubuhnya, masih tetap
meremasi buah dadanya. Aku mulai menciumi
lehernya dan batang penisku kugesekkan pada celah
bongkahan pantatnya. Penisku masih berlumuran
sabun sehingga dengan mudah melesak masuk.
Saat bibir kami saling melumat dalam ciuman yang
dalam, kepala penisku terdorong masuk ke dalam
lubang anusnya. Jenny merenggangkan pahanya
dan penisku melesak masuk dengan sendirinya
seakan punya maksud sendiri, Aku terkesiap dan
berusaha menariknya keluar.
“Sorry! Ini masuk begitu saja…” aku berusaha
menjelaskan, tapi Jenny malah menyeriangai lebar
dan mendorong pantatnya ke belakang membuat
kepala penisku semakin menyelam ke dalam lubang
anusnya. Aku mengerang keenakan.
“Jangan bilang kalau kak Sherly tidak pernah
mengijinkan abang melakukan anal seks?” tanyanya
menggoda.
“Tidak, tidak pernah,” jawabku.
“Baiklah kalau begitu, kalau abang mau abang boleh
merasa bebas menyetubuhi anusku semau abang!”
katanya manantang dan bagai api yang disiram
minyak, langsung saja aku lesakkan batang penisku
jauh ke dalam lubang anusnya.
Kedua tangannya terjulur kedepan pada dindning
untuk menahan tubuhnya yang terguncang dengan
keras oleh sodokanku. Buah dadanya yang montok
terayun menggoda, membuatku dengan segera
bergerak meremas keduanya. Tapi tanganku
langsung beralih untuk mencengkeram pinggulnya
untuk menjaga keseimbangan kedua tubuh kami
karena ayunanku.
“Ya! Terus bang! Dorong penis abang ke dalam
anusku! Makin dalam bang!” teriak Jenny dalam
kenikmatan. Salah satu tangannya masih menahan
tubuhnya pada dinding sedangkan yang satunya
lagi mulai bergerak kea rah selangkangannya.
“Yes!” teriaknya saat aku semakin keras
mengayunkan batang penisku semakin ke dalam.
Dapat kurasakan otot pantatnya yang mulai
mengencang saat dia menggesek kelentitnya sendiri.
Tak mampu lagi kutahan, kulesakkan seluruh batang
penisku terkubur seutuhnya dalam cengkeraman
lubang anusnya dan kembali, sekali lagi aku keluar
dengan hebatnya. Sentakanku yang terakhir
membuat kaki Jenny benar benar terangkat dari
lantai kamar mandi karena kerasnya. Dan hal
tersebut membuat Jenny bergabung bersamaku
dalam ledakan orgasmu sejenak kemudian.
Kami berjalan berpelukan dengan sempoyongan
keluar dari kamar mandi menuju ke kamar tidur
kembali. Aroma seks tercium sangat pekat di dalam
kamar dan kami kesulitan untuk menemukan area
sprei yang kering di tempat tidur. We stumbled out
of the shower and back to the bedroom. The room
smelled like sex and we had problems finding a dry
spot on the bed. I was barely settled before Jenny
crawled between my legs and started blowing me.
“Kamu benar-benar liar!” kataku.
“Ternyata balas dendam itu rasanya jauh lebih
manis dari yang kudugatimpalnya dengan
tersenyum puas. Aku hanya bisa menggelengkan
kepala. Dia benar benar wanita muda yang penuh
amarah, tapi… apapun itu adik iparku ini benar benar
sangat menggairahkan!
Jenny merapatkan kedua daging payudaranya yang
kenyal menjepit batang penisku dan mengocoknya
begitu batangku mengeras lagi. Dia masih asik
melakukannya ketika tiba-tiba saja Sherly berjalan
masuk ke dalam kamar tidur…!!!
“Jenny! Teganya kamu?” teriak Sherly terdengar
hamper menangis, tapi Jenny Cuma tersenyum
sinis.
“Teganya aku? Kakak pasti bercanda! Coba kakak
periksa rekaman video di bawah. Itu rekaman
perselingkuhan Bob dengan kak Sherly,” balas Jenny
said lalu kemudian dengan mata menatap kea rah
kakaknya, dia memasukkan batang penisku hingga
ke batangnya.

“Anak-anak mana?” tanyaku merasa tak nyaman.
Aku coba untuk bergerak, tapi Jenny tak
membiarkanku. Dia ingin agar Sherly melihat aksi
kami berdua.
“Kutitipkan di rumah mami. Aku mau memberimu
kejutan ‘a night out alone’,” jelasnya, nampak jelas
rasa kecewa dan terkejutnya.
“Nah, aku rasa yang terkejut sekarang adalah kakak.
Apa kakak benar-benar berharap kalau rekaman itu
tak akan diketahui oleh siapapun?” Tanya Jenny.
Sherly menggelengkan kepala.
“Kakak keliru,” kata Jenny, lalu menambahkan
dengan nada sinis, “Nah, sekarang impas kan?”
tangis Sherly benar-benar pecah sekarang dan dia
berlari meninggalkan kamar. Bukannya merasa puas
telah membalas dendam, tapi aku malah merasa
sangat tidak enak. Kudorong tubuh Jenny menjauh
dan pergi menyusul Sherly. Kutemukan dia di ruang
keluarga, sedang menyaksikan rekaman videonya
dengan Bob. Dia menoleh dan memandangku
dengan tatapan yang berlinang air mata.
“Aku sungguh-sungguh minta maaf!” ucapnya
diantara isak tangisnya. “Itu terjadi begitu saja bulan
lalu. Bob tengah frustrasi karena Jenny tak juga
hamil. Kami minum-minum dan aku tak ingat pasti
apa yang terjadi kemudian, yang kuingat saat aku
terbangun, kita tidur berdua di ranjangnya. Apakah
kamu mau memaafkanku?” tanyanya. Aku hendak
mulai menjawab, tapi Jenny sudah berada di
ruangan ini.
“Abang percaya semua omong kosong ini? Itu
mungkin benar kejadian pertama kalinya, tapi
bagaimana dengan yang berikutnya? Kak Sherly
terlihat jelas sangat menikmatinya dalam video itu,”
potong Jenny dengan marah. Wajah Sherly
berubah merah oleh rasa malu.
“Kami melakukannya cuma dua kali saja,” bela
Sherly lirih, meskipun dia sadar itu tak banyak
membantunya.
“Kejadian yang kedua terjadi saat Bob menelphone-
ku untuk dating dan bicara. Aku juga terkejut saat
mendapati ada sebuah kamera yang dalam keadaan
siap rekam. Lalu dia memperlihatkan padaku
rekamannya dengan Jenny yang sedang bercumbu.
Kami sepakat untuk menghentikan affair ini, tapi Bob
ingin membuatsebuah video sebagai kenang-
kenangan.”
“Dan kakak tak mampu menolaknya, kan?” potong
Jenny dengan tajam.
“Aku mau menolaknya!” jawab Sherly, tapi
kemudian meneruskan dengan suara pelan, “Tapi
video kalian berdua benar-benar membuatku jadi
terangsang. Melihatmu bercumbu dengan Bob
sangat membuatku terangsang.”
“Kakak jadi terangsang karena melihatku?” Tanya
Jenny tak percaya. Sherly tak berani menatap kami
berdua, tapi dia hanya mengangguk. Aku gelengkan
kepala. Aku benar-benar kaget dengan apa yang
dikatakan Sherly barusan.
“Jenny, Sherly dan aku menikah di usia muda. Aku
tidak heran jika kakakmu membayangkan apa yang
hilang dari masa mudanya setelah kami menikah
dulu. Aku juga merasakan hal itu.”
“Lalu apa abang berselingkuh di belakang kakak?”
Tanya Jenny asked. Kugelengkan kepala.
“Tidak sampai hari ini,” jawabku. Sherly mulai
merasa tak nyaman.
“Aku benar-benar minta maaf! Aku sangat
mencintaimu dan tak ingin kehilanganmu,” kata
Sherly. Aku tersenyum mendapati situasi ini.
Ketakutan terbesarku adalah jika Sherly sudah tidak
mencintaiku lagi. Sekarang aku tahu itu tidak benar.
“Aku tak akan meninggalkan kamu. Andai saja kamu
ceritakan padaku tentang semua ini sebelum kamu
membuat keputusan, mungkin kita bisa lakukan itu
bersama.”
“Bersama?” tanyanya. Dia terlihat jelas terkejut.
“Ya. Sherly, aku punya sebuah fantasi yang ikin
kulakukan. Aku tak pernah menceritakannya
padamu karena kupikir kamu sangat konservative
tentang seks dan kupikir kamu akan marah jika
kuajak membicarakannya. Aku tak ingin kehilangan
kamu.”
“Sungguhkah?” tanyanya, ketakutanna perlahan
berubah menjadi sebuah harapan. Kurengkuh dia ke
dalam pelukanku dan memberinya sebuah ciuman
yang sangat dalam sebagai jawabannya.
“Jadi, abang mengijinkan pria lain menikmati tubuh
isteri abang?” Tanya Jenny tak percaya Aku
mengangkat bahu dan tersenyum.
“Aku tak masalah jika Sherly bercinta dengan orang
lain, Cuma syaratnya aku harus ada di sana dan dia
pulang ke rumah kembali bersamaku.”
“Menakjubkan,” kata Jenny, tak tahu harus berkata
apalagi.
“Jenny, meskipun ini tak membantu, Bob
mengatakan padaku kalau hanya dengankulah satu-
satunya wanita yang pernah berselingkuh
dengannya. Aku percaya padanya. Bob benar-benar
mencintaimu,” kata Sherly, masih memelukku.
Jenny masih tetap menggelengkan kepala.
Kutarik kembali Sherly dalam sebuah ciuman. Aku
masih tetap telanjang, sedangkan Sherly masih
berpakaian lengkap. Aku mulai melucuti pakaiannya.
Dan dia membantu mempercepatnya.
“Hey, bagaimana dengan aku?” Tanya Jenny. Sherly
memandangku seakan meminta ijin. Aku
mengangguk, masih meraba-raba kemana ini akan
berakhir. Isteriku menatap adiknya dan menyeringai
lebar.
“Jenny, kamu sangat boleh bergabung dengan
kami,” undangnya. “Sudah kukatakan, Aku sangat
suka melihatmu bercinta dengan Bob. Kurasa
melihatmu melakukannya dengan suamiku pasti
akan lebih dahsyat lagi!” Aku sama terkejutnya
dengan Jenny, tapi aku sudah terlalu terangsang
oleh wanita yang kunikahi hamper dua puluh tahun
ini.
Sherly dan aku tak menunggu jawaban Jenny lagi.
Kupanggul Sherly menuju ke kamar tidur kami dan
melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dengan
posisi tengkurap. Dia protes soal aroma dan
kenyataan kalau sepreinya telah habis dipakai, tapi
protesnya tersebut langsung terhenti begitu
kulesakkan batang penisku ke dalam lubang
vaginanya. Kupegangi pinggulnya saat aku mulai
bergerak keluar masuk.
“Ya, setubuhi aku sayang!” teriaknya. Sherly tidak
pernah berkata mesum saat berhubungan seks
sebelumnya. Birahiku benar-benar terbakar oleh
perubahan isteriku ini. Kami berdua benar-benar
terhanyut dengan irama persetubuhan ini hingga
aku dikejutkan oleh sebuah tangan yang memegang
buah zakarku.
“Jadi, akhirnya kamu putuskan untuk bergabung
dengan kami,” kataku pada Jenny. Dia mengangkat
bahunya, tersenyum nakal dan kemudian
menciumku.
“Aku tak akan pernah melewatkan kesempatan
untuk menikmati batang penis abang lagi,” katanya
begitu lumatan bibirnya denganku berakhir.
Kemudia dia menampar pantat Sherly dengan keras.
Sherly teriak terkejut.
“Disamping itu, aku masih belum memberikan
hukuman pada wanita jalang yang sudah
menyetubuhi suamiku ini,” katanya sebelum
memberi sebuah tamparan lagi.
“Hey! Hentikan,” cegahku. Aku mencintai Sherly dan
tidak ingin melihat dia disakiti.
“Tidak apa-apa! Aku memang pantas
mendapatkannya,” kata Sherly, mengejutkanku, tapi
kurasa Jenny sudah mengira akan hal ini.
“Nah kakakku yang jalang, kakak suka dengan
kekerasan ya,” kata Jenny dengan yakin sambil
memilin putting kakaknya dengan kasar. Sherly
berteriak antara sakit dan nikmat. Baru saja aku mau
menghentikan semua ini, tapi Sherly malah mulai
meledak orgasmenya. Ini akan menjadi sebuah
eksplorasi yang menarik dilain waktu.
Jenny menarikku menjauh dan menaiki batang
penisku. Tak perlu menunggu waktu untuk
penyesuaian yang lama lagi seperti saat pertama
kali, dia kemudian mulai bergerak naik turun di
atasku sekali lagi. Aku sudah dekat dengan
orgasmeku saat akhirnya Sherly pulih kondisinya
setelah ledakan orgasmenya. Dia melumat bibirku
dengan liar sebelum tangannya bergerak meremas
pangkal batang penisku.
“Hey, hentikan, kakak merusak iramaku!” Jenny
komplain. Sherly tersenyum, melepaskan
cengkeramannya dan menarik Jenny dalam sebuah
ciuman. Ciuman keduanya sangat lama dan juga
basah, tapi saat akhirnya selesai Jenny kembali
komplain.
“Wanita jalang!” teriaknya, yang sebenarnya hanya
terkejut oleh aksi Sherly barusan. Isteriku hanya
tersenyum.
“Sudah kubilang kan, kalau melihatmu bisa
membuatku sangat terangsang. Apa yang kamu
harapkan saat memutuskan untuk bergabung
dengan kami?” jawab Sherly, dan kemudian
tangannya bergerak ke bawah untuk memainkan
kelentit Jenny. Segera saja nafas Jenny mulai
tersengal.
“Aku tidak tertarik pada wanita! Singkirkan tangan
kakak!” perintahnya, tapi Jenny tidak melakukan apa-
apa untuk menghentikan Sherly.
“Aku juga belum pernah melakukannya dengan
seorang wanita sebelumnya. Aku rasa kamu juga.
Bagaimana kamu tahu kalau kamu tak suka?” Tanya
Sherly.
“Tapi aku kan adikmu!” jawab Jenny. Sherly tak
menghiraukannya.
“Aku yakin kalau mulutmu pasti akan lebih
bermanfaat daripada hanya bicara tak karuan
begitu,” jawab Sherly, lalu kemudian kembali
melumat bibir adiknya lagi.
“Wow! Sherly, ini sangat hot! Jika saja aku tahu lebih
awal kalau kamu juga mau melakukannya denga
wanita juga,” kataku dengan seringai lebar. Sherly
hanay mengangkat bahu.
“Siapa kira? Aku juga tak pernah membayangkan
sebelumnya sampai aku lihat videonya Jenny
dengan Bob,” jawabnya sebelum kemudian
membungkuk kedepan untuk menghisap salah satu
putting payudara Jenny. Mengerang keras Jenny
mulai orgasme.
Aku mencoba untuk bertahan, tapi segera saja aku
seburkan spermaku ke dalam vagina Jenny juga.
Jenny membuat kami berdua terkejut saat dia
menjambak rambut kakaknya agar mendekat
padanya dan melumat bibirnya dengan liar ditengah
ledakan orgasme yang melandanya.
Sherly meraih batang penisku dan memasukkannya
ke dalam mulutnya begitu orgasme yang mendera
kami berdua mereda.
“Iih, menjijikkan! Penis abang kan penuh dengan
cairanku,” kata Jenny dengan wajah menyeringai.
Sherly hanya tersenyum lalu mendorong tubuh
adiknya hingga terlentang. Dia bergerak menaiki
tubuh Jenny dan duduk di atas dada montoknya.
Membuat vaginanya berada sangat dekat ke mulut
Jenny. Jenny meronta beberapa saat, tapi Sherly
lebih kuat dan lagipula tubuhnya berada di atas
menindih Jenny.
“Sekarang giliranku untuk orgasme dank arena
kamu sudah memakai penis suamiku untuk
orgasme, kamu harus menggantikan tugasnya. Jilat
vaginaku Jenny!” perintah Sherly. Aku hanya
menyaksikan dengan terpesona. Aku tengah
menyaksikan bagian dari diri Sherly yang tak pernah
kusangka dimilikinya. Jenny mencoba memprotes,
tapi Sherly sama sekali tak mengacuhkan.
Disorongkan vaginanya kea rah mulut adiknya dan
mendesah keras beberapa saat kemudian ketika
lidah Jenny menelusup ke dalam lubang vaginanya.
“Ya, begitu Jennyy! Tepat di situ!” ceracau Sherly.
Mereka berdua seakan asyik masyuk dalam
dunianya sendiri dalam beberapa menit ke depan
sebelum pada akhirnya Jenny mendorong tubuh
Sherly dari atasnya.
“Hey!” protes Sherly, tapi Jenny cuma tertawa. Dia
kemudian mengatur untuk melakukan posisi enam-
sembilan dengan isteriku. Kuamati lidah Jenny
langsung melata keluar masuk ke dalam vagina
kakaknya. Sherly ragu untuk beberapa saat sebelum
akhirnya lidahnya juga memberi aksi yang sama
terhadap vagina Jenny.
Terlihat jelas bahwa kedua wanita ini sangat
menikmati dan larut terhadap apa yang tengah
mereka perbuat. Sudah cukup lama mereka saling
memuaskan birahi satu sama lainnya dan aku yakin
kalau keduanya sudah mendapatkan paling tidak
sebuah orgasme. Batang penisku akhirnya sekali lagi
mengeras sepenuhnya dan aku tengah bingung
untuk memutuskan apa yang akan kulakukan. Jenny
melihat kebingunganku dan mengedip kepadaku
sambil sebuah jarinya menyelip masuk ke dalam
lubang anus Sherly. Sherly mengerang.
Jenny terus memainkan jemarinya di dalam lubang
anus Sherly sambil tetap mengoral vaginanya.
Sejenak kemudian Jenny mengisyaratkan padaku
untuk mendekat. Dicengkeramnya batang penisku
dan menempatkan kepala penisku tepat di lubang
anus Sherly. Kudoeng sedikit hingga kepalanya
masuk sebelum Sherly akhirnya menyadari apa
yang tengah terjadi.
“Tunggu!” teriaknya, tapi Jenny tetap berkonsentrasi
pada kelentitnya dan itu membuat perhatian Sherly
kabur. Kumasukkan beberapa centi lagi.
“Hentikan, ini sakit!” erang Sherly. Jenny menampar
pantat isteriku dengan keras.
“Tapi rasanya sangat nikmat, kan?” tanyanya pada
isteriku. Sherly hanya mengerang. Kumasukkan lagi
lebih dalam.
“Ya!” Sherly semakin mengerang keras.
“Jadi, diam dan nikmati saja!” perintah Jenny
menampar pantat Sherly lagi. Jenny merangkak ke
bawah tubuh Sherly dan mulai mempermainkan
kelentitnya.
Aku terus mendorongkan penisku semakin ke
dalam anus Sherly. Rasanya sangat rapat dan aku
tak yakin sepenuhnya apakah dia menikmati ini
ataukah tidak.
“Apa kamu ingin aku berhenti?” tanyaku
meyakinkan.
“Jangan! Masukkan seluruhnya. Sodomi aku!” teriak
Sherly. Dan jawaban itu membuatku melesakkan
sisa penisku selurhnya tanpa ragu lagi. Dia langsung
mulai orgasme. Kurasakan denyutannya seiring tiap
sodokanku.
Kusodomi Sherly dengan keras dan cepat,
membuat buah zakarku menghantam dahi Jenny.
Segera saja aku orgasme beberapa menit kemudian.
Sherly dan aku rebah kecapaian sedangkan Jenny
meberi kami masing-masig sebuah ciuman yang
penuh nafsu yang dalam. Tak disangsikan lagi kalau
dia juga sangat membutuhkan sebuah pelapasan
yang sangat mendesak.
Begitu kondisiku dan isteriku mulai pulih, tanpa
menyia-nyiakan waktu lagi kami berdua langsung
berkonsentrasi pada vagina Jenny. Dengan
bergantian lidah kami mengeksplorasi seluruh titik
sensitifnya. Dan itu membuat Jenny merintih
memintaku agar segera menyetubuhinya langsung.
Kuposisikan dia dalam dogy-style, Sherly
memposisikan dirinya diantara tubuhku dan Jenny
dan mencumbu anus adiknya dengan
menggunakan lidah. Hal ini terlalu berlebihan untuk
dapat ditahan Jenny lebih lama lagi dan orgasme
segera menggulungnya. Denyutan liar dinding
vagina Jenny tak mampu kutahan, kulit penisku
yang terasa sangat sensisit segera memberiku
ledakan orgasme yang berikutnya. Isteriku terus
saja mencumbui lubang anus adiknya saat aku
semburkan kembali spermaku di dalam vagina adik
iparku untuk kesekian kalinya.
Kami bertiga hanya mampu berbaring kelelahan
dengan tubuh bersimbah keringat untuk sekian
waktu. Saat akhirnya kami mampu bergerak, hanya
dengan gerakan tubuh yang lemah dan pelan.
Secara bregiliran kami mandi menyegarkan tubuh,
berpakaian dan bertemu di meja makan. Sherly
menyiapkan sesuat untuk mengganjal perut kami
semua yang kelaparan.
“Aku lapar,” Jenny said.
“Aku juga,” timpalku.
“Aku rasa kita sudah membangkitkan selera makan
kita,” Sherly tersenyum. Hampir disepanjang acara
makan kami diwarnai keheningan. Masing-masing
tenggelam dalam alam pikirannya. Aku lihat Sherly
sedang menata mentalnya untuk membuka
omongan. Akhirnya dia menatapku begitu acara
makan kita selesai.
“Jadi, apakah kita semua baik-baik saja?” nada
bicaranya terdengar nervous. Kami saling menatap
satu sama lain dalam beberapa saat dan kemudia
aku mengangguk. Senyuman Sherly terkembang.
“Bagaimana dengan kamu?” Tanya Sherly pada
adiknya.
“Mmm, aku belum tahu,” jawab Jenny dengan
jujur, tapi kemudian dia tersenyum lebar dan
bertanya, “Yang kamu maksud itu tentang kamu
dan Bob atau kenyataan bahwa baru saja aku sadar
kalu aku seorang lesbian yang juga menikmati
hubungan incest?”
“Kamu bukan lesbian,” jawabku sambil tersenyum.
“Dia benar,” Sherly menambahkan. “Kamu seorang
biseksual yang menikmati hubungan incest.” Jenny
tidak bias menahan diri. Dia tertawa terbahak. Sherly
dan aku ikut tertawa, tapi dengan cepat tawa kami
berhenti.
“Jenny, beri Bob kesempatan,” kata Sherly dengan
lebih serius. Jenny menarik nafas.
“Akan kupikirkan.”
“Dan diskusikan dengannya soal belum juga
hamilnya kamu. Kalian berdua mungkin harus
membicarakan hal tersebut. Mungkin sekaranglah
waktunya untuk datang ke dokter ahli.”
“Wow, sekali nasehat langsung komplit,” jawab
Jenny dengan tersenyum. Dia terlihat agak bimbang.
“Hei, kamu boleh menyewa suamiku sebagai
gantinya kalau yang jadi masalahmu adalah Bob,”
gurau Sherly, mencoba untuk membuat adiknya
tersenyum. Senyuman Jenny semakin terkembang
lebar saat tangannya bergerak mengelus perutnya.
“Masalah itu mungkin sudah terpecahkan kalau
memang yang bermasalah aadalah Bob. Minggu ini
adalah periode masa paling suburku dan suamimu
sudah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik
saat mengisiku dengan spermanya.”
Alis Sherly’s, dan tentu saja alisku, terangkat karena
terkejut. Kami saling mamandang dan kemudian
menoleh ke arah Jenny. Akhirnya kami bertiga
hanya mengangkat bahu.
“Itu issue untuk besok saja,” jawab Sherly.
“Kalau memang jadi,” Jenny menambahkan.
“Beritahu kami kalau akhirnya kamu memutuskan
untuk memaafkan Bob,” kataku, merubah topic
pembicaraan. “Akan tiba waktunya bagi Bob dan
aku untuk membicarakannya, tapi itu persoalan lain
lagi. Dan jika semuanya berjalan baik dan antara
kamu dan Bob ok, aku rasa aku ingin melihat Bob
dan Sherly melakukannya secara langsung. Aku
yakin itu akan terlihat lebih hebat dari pada di dalam
video.”
“Hanya selama aku diberi kesempatan dengan kamu
lagi,” jawab Jenny menimpali ‘tantanganku. Dia
kemudian menoleh kea rah Sherly dan dengan
tersenyum menambahkan, “Tentu saja dengan
kamu juga.”
“Aku bisa menggaransi kalau soal itu,” balas Sherly.
Jenny memberi sebuah pelukan pada kami berdua
sebelum dia pergi. Sherly dan aku saling menatap
dalam kebisuan untuk beberapa saat.
“Nah, sekarang bagaimana?” Tanya Sherly. Awalnya
aku hanya mengangkat bahu, tapi kemudian
kuhembuskan nafas. Aku sadar jika kami berdua
membutuhkan sebuah aturan dasar dalam hal ini.
“Pertama, aku rasa kita harus saling setuju dan
berjanji bahwa kita tidak akan saling bermain
dengan orang lain tanpa persetujuan salah satu dari
kita. Tak ada lagi affair,” jelasku dengan ringkas.
Sherly tampak sedikit malu dan mengangguk
setuju.
“Kita harus ekstra hati-hati terhadap anak-anak. Aku
tidak mau gaya hidup kita yang baru ini membawa
sebuah dampak bagi mereka semua,” Sherly
menambahkan.
“Setuju.”
“Kamu puny ide yang lain lagi?” Tanya Sherly. Aku
menyeringai.
“Ya, masih ada sebuah hukuman yang
menunggumu.”
“Hukuman?” Tanya Sherly, matanya berbinar.
“Yeah, sekarang aku tahu kalau kamu suka sedikit
kekerasan dan rasa sakit, aku rasa kita harus kembali
lagi ke kamar. Lagipula anak anak tidak ada dan kita
hanya berdua saja sekarang.”
“Apa yang kamu rencanakan?” Tanya Sherly curiga.
Aku hanya tersenyum lebar.
Kami habiskan beberapa jam berikutnya dengan
saling memuaskan dan memanjakan satu sama lain.
Tidak semua yang kami coba berjalan dengan baik,
tapi saat itu tidak berjalan sesuai harapan, kami
hanya tertawa dan kemudia mencoba sesuatu yang
lainnya lagi. Untuk pertama kalinya Sherly dan aku
saling berbagi seluruh fantasi seksual dalam
kehidupan dua puluh tahun perkawinan kami. Kami
sadar kalau tidak semua fantasi tersebut bisa
diwujudkan dalam satu malam ini, tapi kami sudah
melakukan sebuah awal yang bagus.
Mentari pagi hanya menunggu satu dan dua jam
untuk terbit saat akhirnya kami merasa terlalu lelah
untuk mencoba sesuatu yang lain lagi, tapi kami
berdua belum merasa mengantuk juga. Sekali lagi
kami mandi lagi dan melangkah menuju ke kamar
tamu. Kamar ini memiliki pemandangan yang indah
saat mentari terbit dan juga seprei yang bersih dan
segar.
Kami berdua berbaring dan berbincang seakan
sudah tak saling bicara selama bertahun-tahun. Aku
bahkan tak begitu yakin apa yang sedang kami
diskusikan, tapi pada akhirnya aku merasa lebih
dekat dengan isteriku melebihi sebelumnya. Manteri
terbit mengantarkan kami berdua lelap dalam mimpi
indah dengan saling memeluk.


Adult | GO HOME | Exit
1/1415
U-ON

inc Powered by Xtgem.com